
Bagi pelaku UKM yang baru pertama kali mencoba ekspor, istilah FCL dan LCL sering jadi bahan diskusi panjang. Dua istilah ini tampak teknis, tapi pilihan di antara keduanya bisa menentukan apakah ongkos kirim efisien atau justru membuat kerugian. Bahkan, keputusan ini bisa memengaruhi reputasi bisnis di mata buyer.
Apa Itu FCL?
FCL adalah Full Container Load. Artinya, satu kontainer hanya diisi barang milik satu eksportir. Ukuran kontainer biasanya 20 feet atau 40 feet. Semua ruang di dalamnya dipakai khusus untuk produk Anda.
Kelebihan FCL:
- Barang lebih aman karena tidak bercampur dengan produk lain.
- Cocok untuk volume besar dan rutin.
- Proses bongkar muat biasanya lebih cepat.
Kekurangan FCL:
- Biaya sewa kontainer tetap penuh, meskipun barang Anda tidak memenuhi ruang.
Apa Itu LCL?
LCL berarti Less than Container Load. Dalam sistem ini, beberapa eksportir berbagi satu kontainer. Biaya dihitung berdasarkan volume atau berat barang yang dikirim.
Kelebihan LCL:
- Biaya lebih terjangkau untuk volume kecil.
- Cocok untuk uji coba pasar atau pengiriman perdana UKM.
Kekurangan LCL:
- Waktu pengiriman bisa lebih lama karena menunggu kontainer terisi penuh.
- Ada risiko kerusakan lebih tinggi karena barang bercampur dengan produk lain.
Belajar Dari Pengalaman
Seorang pemilik usaha mebel di Jepara, pertama kali mengekspor kursi pada 2022. Volume barangnya hanya setengah kontainer. “Kalau pakai FCL jelas rugi. Jadi saya pilih LCL,” ceritanya dalam wawancara komunitas eksportir Jawa Tengah. Barang akhirnya sampai meski sempat menunggu penggabungan. Setahun kemudian, saat pesanan rutin datang hingga 1 kontainer penuh, ia beralih ke FCL. “Beda sekali. Lebih cepat, buyer juga lebih puas,” tambahnya.
Data yang Perlu Diperhatikan
Menurut laporan UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development), sekitar 70% pengiriman ekspor tahap awal dari negara berkembang menggunakan LCL, sebelum akhirnya beralih ke FCL ketika volume meningkat (sumber). Pola ini juga terlihat di Indonesia, terutama pada UKM yang bergerak di kerajinan dan makanan olahan.
Dalam seminar logistik nasional di Jakarta (2023), Ketua Asosiasi Logistik Indonesia menegaskan: “LCL adalah jalan masuk UKM ke pasar global. Tapi saat order mulai stabil, FCL akan jauh lebih menguntungkan.” (Sumber: Seminar Logistik Nasional, 2023).
Mana yang Cocok untuk UKM?
- LCL cocok jika volume kecil (2–5 m³) dan ingin mencoba pasar baru.
- FCL lebih tepat ketika pesanan sudah rutin dalam jumlah besar.
- Produk sensitif atau bernilai tinggi lebih aman dikirim dengan FCL.
Simulasi Sederhana
Bayangkan Anda punya 3 m³ barang. Biaya LCL bisa sekitar Rp6 juta, sementara FCL 20 feet bisa mencapai Rp25 juta. Jelas, untuk volume kecil, LCL lebih ekonomis. Tapi jika Anda rutin mengirim 20 m³ per bulan, FCL lebih masuk akal karena biaya per unit lebih rendah.
Penutup
FCL dan LCL bukan soal mana yang lebih baik, tapi mana yang paling sesuai kebutuhan bisnis. UKM tidak perlu ragu memulai dengan LCL, lalu beralih ke FCL ketika volume tumbuh. Intinya, pahami kapasitas, hitung biaya secara detail, dan diskusikan dengan forwarder yang paham.
Seorang praktisi logistik pernah berkata: “Banyak UKM jatuh bukan karena produknya jelek, tapi karena salah strategi logistik.” Perbedaan kecil antara FCL dan LCL bisa menjadi penentu apakah ekspor Anda berjalan lancar atau tersendat di tengah jalan.